PENDAHULUAN
1.
latar belakang
Esensialisme
adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance
dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang
utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh
fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada
keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Menurut brameld bahwa
essensialisme ialah aliran yang lahir dari dua perkawinan dua aliran dalam
filsafat yakni idealisme dan realisme. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak
esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan
tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada
dirinya masing-masing.
Aliran filsafat
essensialisme juga dipandang dari ontologi,epistimologi, dan aksiologi.
2.
Perumusan masalah
Untuk membahas tentang Aliran Filsafat Pendidikan Essensialisme terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
1)
Apakah yang dimaksud dengan filsafat essensialisme?
2)
Sejarah dan yang melatar belakangi lahirnya ajaran essensialisme?
3)
Karakteristik filsafat pendidikan essensialisme?
4)
Apakah pandangan ontologi essensialisme?
5)
Apakah pandangan epistimologi essensialisme?
6)
Apakah pandangan aksiologi essensialisme?
3.
Tujuan dan manfaat penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah,maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui penjelasan tentang pengertian filsafat essensialisme.
2) Untuk mengetahui penjelasan tentang sejarah yang melatar
belakangi lahirnya filsafat essensialisme.
3) Untuk mengetahui ciri(karakteristik) dari pendidikan
essensialisme.
4) Untuk mengetahui pandangan ontologi essensialisme.
5) Untuk mengetahui pandangan epistimologi essensialisme.
6) Untuk mengetahui pandangan aksiologi essensialisme.
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah meningkatkan pengetahuan kelompok dan pembaca
tentang administrasi sarana dan
prasarana agar dapat memahami konsep aliran filsafat pendidikan essensialisme dan
dapat menerapkan konsep dan teori aliran filsafat pendidikan essensialisme pada
dunia pendidikan yang akan dimasuki mahasiswa nantinya.
PEMBAHASAN
1. Pengertian filsafat essensialisme
Secara
etimologi essensialisme berasal dari bahasa inggris yakni essential
(inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau
paham. Menurut brameld bahwa essensialisme ialah aliran yang lahir dari dua
perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealisme dan realisme. Aliran ini
menginginkan kembali kejayaan yang pernah diraih, sebelum abad kegelapan (the
dark middle age). Zaman ini akal terbelenggu, stagnasi dalam ilmu
pengetahuan, kehidupan diwarnai oleh dogma-dogma.
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme
muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan
progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak
pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk
perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak
esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan
tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada
dirinya masing-masing.
2. Sejarah dan yang melatar belakangi lahirnya ajaran
essensialisme
Esensialisme muncul pada zaman renaissans, dengan ciri-ciri
utamanya yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaan ini terutama dalam
memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibelitas serba
terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin
tertentu. Bagi esensialiasme pendidikan yang berpijak pada landasan demikian mudah
goyah dan kurang terarah. Oleh sebab itu esensialisme berpandangan bahwa
pendidikan hendaknya berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan
dan tahan lama sehingga memberikan kestabilan dan arah yang
jelas
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya
konsep-konsep pikir esensialisme, karena timbul di zaman itu, esensialisme
adalah konsep meletakkan ciri modern. Aliran muncul sebagai reaksi terhadap
simbolisme mutlak dan dogmatis, abad pertengahan. Maka disusunlah konsep yang sistematis
dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman.
3. Karakteristik filsafat pendidikan essensialisme
Idealisme dan Realisme adalah
aliran-aliran filsafat yang membentuk corak Esensialisme. Sumbangan yang
diberikan oleh masing-masing ini bersifat eklektik, artinya dua aliran filsafat
ini bertemu sebagai pendukung Esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi satu.
Berarti, tidak melepaskan sifat-sifat utama masing-masing. Realisme modern yang
menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya adalah
mengenai alam dan dunia fisik; sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang
lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual.
Idealisme modern mempunyai pandangan
bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan-gagasan(ide-ide). Di balik
duni fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan
pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam
lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya,
manusia akan dapat mencapai kebenaran, yang sumbernya adalah Tuhan sendiri.
Sedangkan, ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh
William C. Bagley adalah sebagai berikut :
a)
Minat-minat
yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang
memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.
b)
Pengawasan
pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat dalam masa balita
yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia.
c)
Oleh
karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka
menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut.
d)
Esensialisme
menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan
sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.
4. Pandangan ontologi essensialisme
Ontologi filsafat pendidikan
idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah
ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Oleh karena itu, hal pertama
yang perlu ditinjau pada peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk
spiritual dan mempunyai kehidupan yang bersifat teleologis dan idealistik.
Pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk yang
berkepribadian, bermoral, serta mencita-citakan segala hal yang serba baik dan
bertaraf tinggi.
ü Sentesa ide idealisme dan realisme.
Sintesa ide Idealisme dan Realisme tentang hakekat realita berarti
esensialisme mengakui adanya realita objektif di samping objek-objek
pre-determinasi,supernatural dan transcendental.
ü Aliran esensialisme di pengaruhi penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modren
Aliran ini dipengaruhi penemuan-penamuan ilmu
pengetahuan modern baik Fisika maupun Biologi.karena itu realita menurut
analisa ilmiah dapat dihayati dan diterima oleh esensialisme.konsekuensi asa
ini adalah baginya alam semesta merupakan satu kesatuan yang mekanis,menurut
hukum alam objetif.manusia adalah bagian alam semesta dan terlibat,tunduk dalam
hukum alam.
ü Penafsiran spiritual atas
sejarah.
Teori filsafat Hegel mensintesakan
science dengan religi dalam kosmologi,berarti sebagai interpretasi spiritual
atas sejarah perkembangan realita semata.hukum apakah yang mengatur tiap phase
perubahan dan tiap peristiwa sejarah,perubahan-perubahan sosial.dijawab problem
itu secara prinsip : “ bahwa sejarah itu adalah pikiran Tuhan,pikiran yang di
ekspresikan,dinamika abadi yang merubah dunia,yang secara spiritual adalah
realitas”
ü Pahan makrokosmos dan mikrokosmos
Makrokosmos
adalah keseluruhan semesta raya dalam suatu design dan kesatuan menurut teori
kosmologi. Mikrokosmos ialah bagian tunggal (individu sendiri),suatu fakta yang
terpisah dari keseluruhan itu,baik pada tingkat umum,pribadi manusia,ataupun
lembaga. Tetapi sesungguhnya mikrokosmos ini sesungguhnya pola design dan
totalitasnya sama dengan makrokosmos,hanya berbeda dalam skala
ukurannya.misalnya sistem matahari yang amat besar,pada hakikatnya sama dengan
sistem atom yang amat kecil.
5. Pandangan epistimologi essensialisme
Teori kepribadian manusia sebagai refleksi
Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi esensilisme.sebab,jika manusia
mampu menyadari realita dirinya sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos,maka
manusia pasti mengetahui dalam tingkat/kualitas apa rasionya mampu memikirkan
kesemestaan itu.
1)
Kontroversi jasmaniah-rohaniah
Perbedaan
idealisme dengan realisme adalah karena yang pertama menganggapbahwa rohani
adalah kunci kesadaran tentang realita.manusia mengetahui sesuatu hanya di
dalam dan melalui ide,rohaniah.sebaliknya realist berpendapat ahwa kita hanya
megetahui sesuatu realita di dalam dan melalui jasmani.
2)
Approach Idealisme pada pengetahuan
a)
Kita hanya mengerti our own spiritual selves (rohaniah kita
sendiri).tetapi pengertian ini memberi kesadaran untuk mengerti realita yang
lain.sebab kesadaran kita,rasio manusia adalah bagiandaripada rasio Tuhan yang
maha sempurna,ini menurut personalisme.
b)
Menurut T.H.green,approach personalisme itu hanya melaluia
introspeksi.padahal manusia tak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan
kesadaran jiwa tanpa adanya pengamatan.karena itu setiap pengalaman mental
pastilah melalui relasi antara macam-macam pengamatan.ini berarti pikiran itu
menjadi pula suatu substansi,tidakj dalam makna substansi material,melainkan
sebagai prinsip ekstra-natural.
c)
Bagi Hegel,substansi mental itu tercermin pada hukum-hukum logika
dan hukum alam.hukum dialegtika berpikir,berlaku pula hukum perkembangan
sejarah dan kebudayaan manusia.
d)
Dalam filsafat religious yang modern,ada teori yang menyatakan
bahwa,apa yang saya mengerti tentang sesuatu adalah karena resonansi pengertian
Tuhan.saya sebagai fitnite being (makhluk terbatas) mengetahui hukum dan
kebenaran universal sebagai realisasi resonansi jiwa dengan jiwa Tuhan (God’s
infinite mind).dan jika saya tidak mengetahui sesuatu,itu hanya karena
resonansi dengan Tuhan terganggu,ternhalang oleh keraguan pribadi atas
eksistensi Tuhan.
3)
Approach Realisme pada pengetahuan
Realisme dalam teori psikologi dan epistemologinya dipengaruhi oleh
Newton dengan ilmu pengetahuan alamnya.realisme menafsirkan manusia dalam
rangka hukum alam,demikian pula aktivitas pikir manusia dianggapsebagai suatu
mekanika.cara menafsirkan manusia dalam Realisme di bedakan menjadi :
1.
Menurut teori Associatinisme
Teori ilmu jiwa asosiasi
sesungguhnya dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke.pikiran ide-ide
atau isi jiwa adalah asosiasi unsur-unsur penginderaan dan pengamatan.
2.
Menurut teori Behaviorism
Realisme kedua dalam penyelidikan
ilmu-ilmu jiwa dalah behaviorism.aliran ini berkesimpulan bahwa perwujudan
kehidupan mental tercermin pada tingkah laku.sebab,manusia sebagaisatu
organisme adalah totalitas mekanisme yang ditentukan aspek-aspek :susunan
sistem syaraf,faal,pengalaman-pengalaman biologis.bagi
behaviorism,istilah-istilah jiwa dan kesadaran dianggap istilah usang yang
membingungkan,dan itu hanyalah pendekatan yang pra-ilmiah.
3.
Menurut teori Connectionisme
Teori ini menyatakan semua
makhluk,termasuk manusia terbentuk (tingkah-lakunya) oleh pola-pola connections
between (hubungan-hubungan antara) stimulus (S) dan response (R).hukum utama
yang menentukan proses ini ialah “the law of exercise” dan “the law of
effect”.hukum latiahn berarti bahwa frekuensi dan recency latihan akan
memperkuat hubungan-hubungan stimulus response itu.conectionisme merevisi
dasar-dasar yang kuno dalam Behaviorisme denagn teori-teorinya.yaitu:
-
Connectionisme menekankan aspek hereditas dalam tingkah laku lebih
daripada aspek lingkungan,terutama kemampuan intelegensi.
-
Connectionisme menganggap urgen perasaan senang dan rasa sakit,yang
menentukan response seseorang atas suatu rangsang.
-
Connectionisme masih menghargai istilah thinking, consciousness,
mind sebagai suatu realita dalam tingkah laku manusia.
6. Pandangan aksiologi essensialisme
Dalam bidang
aksiologi,faktor peserta didik perlu dipandang sebagai agen yang ikut
menentukan hakikat nilai (Imam Barnadib, 2002).
Esensialisme
didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang
mengarah pada keduniaan, serba ilmiah dan materialistis. Selain itu juga
diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan
realisme. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di
dunia dan akhirat .
Johann Amos
Comenius (1592-1670) sebagai salah satu tokoh esensialisme mengatakan bahwa
karena dunia ini dinamis dan bertujuan, kewajiban pendidikan adalah membentuk
anak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tugas utama pendidikan ialah membina
kesadaran manusia akan semesta dan dunia, untuk mencari kesadaran spiritual,
menuju Tuhan (Imam Barnadib, 2002; Mohammad Noor Syam, 1986).
Teori nilai
menurut Idealisme bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu
seseorang dikatakan baik hanya bila ia secara aktif berada di dalam dan
melaksanakan hukum-hukum itu. Dengan demikian posisi seseorang jelas dapat
dimengerti dalam hubungannya dengan nilai-nilai itu. Dalam filsafat, misalnya
agama dianggap mengajarkan doktrin yang sama, bahwa perintah-perintah Tuhan mampu
memecahkan persoalan-persoalan moral bagi siapapun yang mau menerima dan
mengamalkannya. Meskipun Idealisme menjunjung asas otoriter atas nilai-nilai
itu, namun ia tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan
nilai-nilai itu atas dirinya sendiri yaitu memilih dan melaksanakan.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Secara
etimologi essensialisme berasal dari bahasa inggris yakni essential
(inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau
paham. Menurut brameld bahwa essensialisme ialah aliran yang lahir dari dua
perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealisme dan realisme. Aliran ini
menginginkan kembali kejayaan yang pernah diraih, sebelum abad kegelapan (the
dark middle age). Zaman ini akal terbelenggu, stagnasi dalam ilmu
pengetahuan, kehidupan diwarnai oleh dogma-dogma.
Esensialisme muncul pada zaman renaissans, dengan ciri-ciri
utamanya yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaan ini terutama dalam memberikan
dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibelitas serba terbuka untuk
perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Dan adapun ciri-ciri aliran essensialisme
adalah sebagai berikut:
Ø Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering
tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan
karena dorongan dari dalam diri siswa.
Ø Pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang
dewasa adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan
yang khusus pada spsies manusia.
Ø Oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri
harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Ø Esensialisme menawarkan sebuah teori yang
kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya
(progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.
2.
Saran
Dengan membaca makalah ini dan
mengetahui apa itu sarana dan prasarana,
administrasi sarana dan prasarana, proses administrasi sarana dan prasarana,
dan peran guru dalam administrasi sarana dan prasarana
diharapkan mahasiswa (calon guru/tenaga
pendidik) dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.