Minggu, 12 April 2015

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ESSENSIALISME



PENDAHULUAN
1.      latar belakang
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Menurut brameld bahwa essensialisme ialah aliran yang lahir dari dua perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealisme dan realisme.             Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
            Aliran filsafat essensialisme juga dipandang dari ontologi,epistimologi, dan aksiologi.

2.      Perumusan masalah
Untuk membahas tentang Aliran Filsafat Pendidikan Essensialisme  terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
1)      Apakah yang dimaksud dengan filsafat essensialisme?
2)      Sejarah dan yang melatar belakangi lahirnya ajaran essensialisme?
3)      Karakteristik filsafat pendidikan essensialisme?
4)      Apakah pandangan ontologi essensialisme?
5)      Apakah pandangan epistimologi essensialisme?
6)      Apakah pandangan aksiologi essensialisme?
3.      Tujuan dan manfaat penulisan
Berdasarkan rumusan masalah,maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1)      Untuk mengetahui penjelasan tentang pengertian filsafat essensialisme.
2)      Untuk mengetahui penjelasan tentang sejarah yang melatar belakangi lahirnya filsafat essensialisme.
3)      Untuk mengetahui ciri(karakteristik) dari pendidikan essensialisme.
4)      Untuk mengetahui pandangan ontologi essensialisme.
5)      Untuk mengetahui pandangan epistimologi essensialisme.
6)      Untuk mengetahui pandangan aksiologi essensialisme.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah meningkatkan pengetahuan kelompok dan pembaca tentang administrasi  sarana dan prasarana agar dapat memahami konsep aliran filsafat pendidikan essensialisme dan dapat menerapkan konsep dan teori aliran filsafat pendidikan essensialisme pada dunia pendidikan yang akan dimasuki mahasiswa nantinya.
           



PEMBAHASAN
1.      Pengertian filsafat essensialisme
            Secara etimologi essensialisme berasal dari bahasa inggris yakni essential (inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut brameld bahwa essensialisme ialah aliran yang lahir dari dua perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealisme dan realisme. Aliran ini menginginkan kembali kejayaan yang pernah diraih, sebelum abad kegelapan (the dark middle age). Zaman ini akal terbelenggu, stagnasi dalam ilmu pengetahuan, kehidupan diwarnai oleh dogma-dogma.
            Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
            Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
2.      Sejarah dan yang melatar belakangi lahirnya ajaran essensialisme
              Esensialisme muncul pada zaman renaissans, dengan ciri-ciri utamanya yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaan ini terutama dalam memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibelitas serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Bagi esensialiasme pendidikan yang berpijak pada landasan demikian mudah goyah dan kurang terarah. Oleh sebab itu esensialisme berpandangan bahwa pendidikan hendaknya berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan  tahan lama sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas 
              Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir esensialisme, karena timbul di zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan ciri modern. Aliran muncul sebagai reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis, abad pertengahan. Maka disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman.
3.      Karakteristik filsafat pendidikan essensialisme
Idealisme dan Realisme adalah aliran-aliran filsafat yang membentuk corak Esensialisme. Sumbangan yang diberikan oleh masing-masing ini bersifat eklektik, artinya dua aliran filsafat ini bertemu sebagai pendukung Esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi satu. Berarti, tidak melepaskan sifat-sifat utama masing-masing. Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik; sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual.
Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan-gagasan(ide-ide). Di balik duni fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran, yang sumbernya adalah Tuhan sendiri. Sedangkan, ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William C. Bagley adalah sebagai berikut :
a)      Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.
b)       Pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia.
c)       Oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
d)       Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.

4.      Pandangan ontologi essensialisme
Ontologi filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk spiritual dan mempunyai kehidupan yang bersifat teleologis dan idealistik. Pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk yang berkepribadian, bermoral, serta mencita-citakan segala hal yang serba baik dan bertaraf tinggi.
ü  Sentesa ide idealisme dan realisme.
          Sintesa ide Idealisme dan Realisme tentang hakekat realita berarti esensialisme mengakui adanya realita objektif di samping objek-objek pre-determinasi,supernatural dan transcendental.


ü  Aliran esensialisme di pengaruhi penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modren
          Aliran ini dipengaruhi penemuan-penamuan ilmu pengetahuan modern baik Fisika maupun Biologi.karena itu realita menurut analisa ilmiah dapat dihayati dan diterima oleh esensialisme.konsekuensi asa ini adalah baginya alam semesta merupakan satu kesatuan yang mekanis,menurut hukum alam objetif.manusia adalah bagian alam semesta dan terlibat,tunduk dalam hukum alam.
ü  Penafsiran spiritual atas sejarah.
Teori filsafat Hegel mensintesakan science dengan religi dalam kosmologi,berarti sebagai interpretasi spiritual atas sejarah perkembangan realita semata.hukum apakah yang mengatur tiap phase perubahan dan tiap peristiwa sejarah,perubahan-perubahan sosial.dijawab problem itu secara prinsip : “ bahwa sejarah itu adalah pikiran Tuhan,pikiran yang di ekspresikan,dinamika abadi yang merubah dunia,yang secara spiritual adalah realitas”
ü  Pahan makrokosmos dan mikrokosmos
Makrokosmos adalah keseluruhan semesta raya dalam suatu design dan kesatuan menurut teori kosmologi. Mikrokosmos ialah bagian tunggal (individu sendiri),suatu fakta yang terpisah dari keseluruhan itu,baik pada tingkat umum,pribadi manusia,ataupun lembaga. Tetapi sesungguhnya mikrokosmos ini sesungguhnya pola design dan totalitasnya sama dengan makrokosmos,hanya berbeda dalam skala ukurannya.misalnya sistem matahari yang amat besar,pada hakikatnya sama dengan sistem atom yang amat kecil.


5.      Pandangan epistimologi essensialisme
            Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi esensilisme.sebab,jika manusia mampu menyadari realita dirinya sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos,maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat/kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestaan itu.
1)      Kontroversi jasmaniah-rohaniah
                  Perbedaan idealisme dengan realisme adalah karena yang pertama menganggapbahwa rohani adalah kunci kesadaran tentang realita.manusia mengetahui sesuatu hanya di dalam dan melalui ide,rohaniah.sebaliknya realist berpendapat ahwa kita hanya megetahui sesuatu realita  di dalam dan melalui jasmani.
2)      Approach Idealisme pada pengetahuan
a)      Kita hanya mengerti our own spiritual selves (rohaniah kita sendiri).tetapi pengertian ini memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain.sebab kesadaran kita,rasio manusia adalah bagiandaripada rasio Tuhan yang maha sempurna,ini menurut personalisme.
b)      Menurut T.H.green,approach personalisme itu hanya melaluia introspeksi.padahal manusia tak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan kesadaran jiwa tanpa adanya pengamatan.karena itu setiap pengalaman mental pastilah melalui relasi antara macam-macam pengamatan.ini berarti pikiran itu menjadi pula suatu substansi,tidakj dalam makna substansi material,melainkan sebagai prinsip ekstra-natural.
c)      Bagi Hegel,substansi mental itu tercermin pada hukum-hukum logika dan hukum alam.hukum dialegtika berpikir,berlaku pula hukum perkembangan sejarah dan kebudayaan manusia.
d)     Dalam filsafat religious yang modern,ada teori yang menyatakan bahwa,apa yang saya mengerti tentang sesuatu adalah karena resonansi pengertian Tuhan.saya sebagai fitnite being (makhluk terbatas) mengetahui hukum dan kebenaran universal sebagai realisasi resonansi jiwa dengan jiwa Tuhan (God’s infinite mind).dan jika saya tidak mengetahui sesuatu,itu hanya karena resonansi dengan Tuhan terganggu,ternhalang oleh keraguan pribadi atas eksistensi Tuhan.
3)      Approach Realisme pada pengetahuan
                  Realisme dalam teori psikologi dan epistemologinya dipengaruhi oleh Newton dengan ilmu pengetahuan alamnya.realisme menafsirkan manusia dalam rangka hukum alam,demikian pula aktivitas pikir manusia dianggapsebagai suatu mekanika.cara menafsirkan manusia dalam Realisme di bedakan menjadi :
1.      Menurut teori Associatinisme
              Teori ilmu jiwa asosiasi sesungguhnya dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke.pikiran ide-ide atau isi jiwa adalah asosiasi unsur-unsur penginderaan dan pengamatan.
2.      Menurut teori Behaviorism
              Realisme kedua dalam penyelidikan ilmu-ilmu jiwa dalah behaviorism.aliran ini berkesimpulan bahwa perwujudan kehidupan mental tercermin pada tingkah laku.sebab,manusia sebagaisatu organisme adalah totalitas mekanisme yang ditentukan aspek-aspek :susunan sistem syaraf,faal,pengalaman-pengalaman biologis.bagi behaviorism,istilah-istilah jiwa dan kesadaran dianggap istilah usang yang membingungkan,dan itu hanyalah pendekatan yang pra-ilmiah.

3.      Menurut teori Connectionisme
              Teori ini menyatakan semua makhluk,termasuk manusia terbentuk (tingkah-lakunya) oleh pola-pola connections between (hubungan-hubungan antara) stimulus (S) dan response (R).hukum utama yang menentukan proses ini ialah “the law of exercise” dan “the law of effect”.hukum latiahn berarti bahwa frekuensi dan recency latihan akan memperkuat hubungan-hubungan stimulus response itu.conectionisme merevisi dasar-dasar yang kuno dalam Behaviorisme denagn teori-teorinya.yaitu:
-        Connectionisme menekankan aspek hereditas dalam tingkah laku lebih daripada aspek lingkungan,terutama kemampuan intelegensi.
-        Connectionisme menganggap urgen perasaan senang dan rasa sakit,yang menentukan response seseorang atas suatu rangsang.
-        Connectionisme masih menghargai istilah thinking, consciousness, mind sebagai suatu realita dalam tingkah laku manusia.

6.      Pandangan aksiologi essensialisme
Dalam bidang aksiologi,faktor peserta didik perlu dipandang sebagai agen yang ikut menentukan hakikat nilai (Imam Barnadib, 2002).
Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniaan, serba ilmiah dan materialistis. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat .
Johann Amos Comenius (1592-1670) sebagai salah satu tokoh esensialisme mengatakan bahwa karena dunia ini dinamis dan bertujuan, kewajiban pendidikan adalah membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tugas utama pendidikan ialah membina kesadaran manusia akan semesta dan dunia, untuk mencari kesadaran spiritual, menuju Tuhan (Imam Barnadib, 2002; Mohammad Noor Syam, 1986).
Teori nilai menurut Idealisme bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik hanya bila ia secara aktif berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu. Dengan demikian posisi seseorang jelas dapat dimengerti dalam hubungannya dengan nilai-nilai itu. Dalam filsafat, misalnya agama dianggap mengajarkan doktrin yang sama, bahwa perintah-perintah Tuhan mampu memecahkan persoalan-persoalan moral bagi siapapun yang mau menerima dan mengamalkannya. Meskipun Idealisme menjunjung asas otoriter atas nilai-nilai itu, namun ia tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri yaitu memilih dan melaksanakan.
 

PENUTUP
1.      Kesimpulan
            Secara etimologi essensialisme berasal dari bahasa inggris yakni essential (inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut brameld bahwa essensialisme ialah aliran yang lahir dari dua perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealisme dan realisme. Aliran ini menginginkan kembali kejayaan yang pernah diraih, sebelum abad kegelapan (the dark middle age). Zaman ini akal terbelenggu, stagnasi dalam ilmu pengetahuan, kehidupan diwarnai oleh dogma-dogma.
            Esensialisme muncul pada zaman renaissans, dengan ciri-ciri utamanya yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaan ini terutama dalam memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibelitas serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Dan adapun ciri-ciri aliran essensialisme adalah sebagai berikut:
Ø  Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.
Ø  Pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia.
Ø  Oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Ø  Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.
2.      Saran
Dengan membaca makalah ini dan mengetahui apa itu sarana dan prasarana, administrasi sarana dan prasarana, proses administrasi sarana dan prasarana, dan peran guru dalam administrasi sarana dan prasarana diharapkan mahasiswa (calon guru/tenaga pendidik) dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar